Rabu, 18 Desember 2013

Proposal 1


PROPOSAL
PENGARUH FILTRAT BIJI ALPUKAT SEGAR (Persea americana semen)
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH HEWAN COBA TIKUS PUTIH
JANTAN (Rottus novergicus) STRAIN WISTAR YANG DIINDUKSI ALOKSAN



 






Diajukan oleh :

KHUSNIA MARDIATIN
NIM : 11.9.3.023

                      


PROGRAM STUDI FARMASI (DIII)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN
MATARAM
2013/2014







BAB I
PENDAHULUAN
1.1              LatarBelakang
Glukosa adalah gula sederhana (monosakarida) yang berfungsi sebagai sumber utama energi di dalam tubuh. Glukosa adalah gula utama yang dibuat tubuh. Tubuh membuat glukosa dari protein, lemak dan terutama karbohidrat. Glukosa dihantarkan ke setiap sel melalui aliran darah. Namun, sel-sel itu tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin  (Lanywati, 2001).
Glukosa  merupakan sumber karbon untuk sintesis sebagian besar senyawa  yang diperlukan sel. Sumber glukosa dapat diperoleh secara eksogen (makanan) dan endogen (organ hati). Sumber glukosa  yang berasal dari makanan masuk melalui mulut kemudian di cerna di usus dan selanjutnya diserap menuju ke aliran darah. Organ hati merupakan pusat metabolisme glukosa yang mengatur kebutuhan glukosa untuk diteruskan ke sel-sel tubuh jika dibutuhkan (Lanywati, 2001).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. (Prapti dkk, 2005).
Berbagai pengobatan untuk mencegah dan mengatasi diabetes telah dikembangkan, termasuk pula penggunaan berbagai macam herbal. Pengobatan dengan herbal atau ramuan tradisional merupakan alternatif  terbaik, hal ini disebabkan karena  harga ramuan  tradisonal  lebih murah, mudah diperoleh, dan mudah diolah sendiri.  Salah satu herbal atau tanaman berkhasiat obat yang diyakin oleh masyarakat dapat menurunkan kadar glukosa darah adalah Biji Alpukat (Persea americana Mill.) (Soeryoko, 2011).
Alpukat merupakan buah yang banyak digemari oleh masyarakat indonesia. Umumnya alpukat memiliki daging buah berwarna hijau kekuningan dengan biji ditengahnya berwarna kecoklatan. Dalam dunia pengobatan alpukat telah banyak digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Daging buahnya bisa mengurangi rasa sakit dan mengobati sariawan. Daun buah alpukat biasa digunakan menurunkan darah tinggi dan mengobati batu ginjal. Selain buah dan daunnya, biji buah alpukat juga bisa digunakan untuk mengurangi kadar gula dalam darah (Dalimartha dkk, 2012).
Kandungan biji alpukat salah satunya adalah tanin yang dapat menghambat absorpsi karbohidrat (Soeryoko, 2011)
                        Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian filtrat biji alpukat (Persea americana Mill.) dapat menurunkan kadar glukosa darah dari tikus putih yang diberi beban glukosa. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar pemikiran bahwa biji alpukat (Persea americana Mill.) dapat digunakan sebagai obat alternatifuntuk Diabetes Mellitus dengan biaya yang lebih murah.


1.2              Rumusan Masalah
Berdasaarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh filtrat biji alpukat segar terhadap glukosa hewan coba tikus putih yang diinduksi aloksan?
1.3              Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh filtrat biji alpukat segar terhadap glukosa hewan coba tikus putih yang diinduksi aloksan.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Mengukur kadar glukosa darah tikus putih sebelum diinduksi aloksan
2.      Mengukur kadar glukosa darah tikus putih setelah diinduksi aloksan
3.      Mengidentifikasi adanya pengaruh filtrat biji alpukat segar terhadap kadar glukosa darah
1.4              Manfaat Penelitian
1.      Hasil penelitian dapat membuktikan adanya pengaruh filtrat biji alpukat terhadap kadar glukosa darah
2.      Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk penelitian lebih lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1              Diabetes Mellitus
2.1.1        Definisi
Diabetes Mellitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara sempurna, sehingga kadar glukosa di dalam tubuh akan meningkat (Prapti dkk, 2005).
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa didalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara sempurna . Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh Pankreas, merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat (Tjokoprawiro, 1989).
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon yang mengakibatkan sel-sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit ini timbul ketika di dalam darah tidak terdapat cukup insulin atau ketika sel-sel tubuh kita dapat bereaksi normal terhadap insulin dalam darah.
2.1.2      Penyebab Diabetes Mellitus
          Penyebab diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin, yang sebenarnya jumlahnya cukup (Prapti dkk, 2005).
             Ada beberapa faktor yang menyebabkan diabetes mellitus, yaitu sebagai berikut (Prapti dkk, 2005) :
1.      Genetik atau Faktor Keturunan
      Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa sebagian besar diabetisi memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus. Penderita diabetes mellitus yang sudah dewasa lebih dari 50% berasal dari keluarga yang menderita diabetes mellitus. Kelompok penderita lainnya hanya sekitar 15% yang memiliki riwayat keluarga diabetes mellitus. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa diabetes mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan (Prapti dkk, 2005).
2.      Virus dan Bakteri
      Virus yang diduga menyebabkan diabetes mellitus adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus dapat menyebabkan diabetes mellitus melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan diabetes mellitus (Prapti dkk, 2005).
3.      Bahan Toksik atau Beracun
      Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara langsung yakni aloksan, pirinuron (rodentisida), dan streptozotocin (produk dari sejenis jamur). Bahan toksik lain berasal dari cassava atau singkong (Prapti dkk, 2005).
4.      Nutrisi
            Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan nutrisi, baik sebagai faktor penyebab maupun pengobatan. Nutrisi yang berlebihan merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan diabetes mellitus (Prapti dkk, 2005).
2.2              Glukosa
2.2.1        Definisi
Glukosa merupakan disebut juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Tubuh hanya dapat menggunakan glukosa dalam bentuk dekstro. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Dalam keadaan normal sistem syaraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Glukosa dalam bentuk bebas hanya terdapat dalam jumlah terbatas dalam bahan makanan. Glukosa dapat dimanfaatkan untuk energi tinggi. Tingkat kemanisan glukosa hanya separuh sukrosa, sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk tingkat kemanisan yang sama (Hermono, 1999)
Ada beberapa fungsi glukosa di dalam tubuh antara lain (Edward., 1986) :
1.      Sumber tenaga dan energi gerak
2.      Sumber energi spesifik bagi sel otak dan jaringan syaraf
3.      Berfungsi dalam pembentukan protein dan juga lemak
2.2.2        Hormon yang mempengaruhi kadar glukosa darah
                        Glukosa darah berada dalam keseimbangan dan yang mengatur glukosa darah secara hormonal yaitu :
1.       Hormon Insulin
      Hormon insulin mempunyai peranan sentral dalam pengaturan konsentrasi glukosa darah. Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel beta pada pulau-pulau Langerhans pankreas sebagai reaksi langsung terhadap keadaan hiperglikemia. Konsentrasi glukosa darah menentukan aliran lewat glikolisis, siklus asam sitrat dan pembentukan ATP (Prapti, 2005)
      Hormon  Insulin  yaitu hormon  yang dapat menurunkan  kadar glukosa darah. Glukosa dapat meningkat dalam waktu beberapa menit setelah makan dan kadarnya kembali menurun ke nilai dasar dalam waktu tiga jam. Insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan transport glukosa ke dalam sel dan melalui glikogenesis (Price dan Wilson., 2006)
      Sekresi insulin pada orang sehat dapat mengimbangi jumlah asupan makanan yang bermacam-macam dengan latihan fisik. Sebaliknya, pada orang yang mendertia diabetes tidak mampu mensekresi jumlah insulin yang cukup untuk mempertahankan euglikemia, akibatnya kadar glukosa darah meningkat tinggi sebagai respons terhadap makanan dan tetap tinggi pada keadaan puasa (Price dan Wilson., 2006).
2.      Hormon Tiroid
      Hormon tiroid sebagai hormon yang mempengaruhi glukosa darah. Terdapat bukti-bukti experimental bahwa tiroksin mempunyai kerja diabetogenik dan tindakan tiroidektomi dapat menghambat perkembangan diabetes. Kadar glukosa puasa meningkat pada pasien yang mengalami hipertiroid dan menurun pada pasien yang mengalami hipertiroid. Pasien hipertiroid mengalami peningkatan kemampuan dalam menggunakan glukosa sedangkan pasien hipotiroid mengalami penurunan kemampuan dalam menggunakan glukosa (Murray dkk.,  2003).
3.      Hormon Glukagon
      Glukagon berfungsi meningkatkan pemecahan glikogen hati / glikogenolisis dan bersama insulin bertindak dalam pengaturan glukosa darah (Murray dkk., 2009).
Glukagon merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel-sel alfa
pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Sekresinya dirangsang oleh keadaan hipoglikemia. Pada saat mencapai hati (lewat vena porta), hormon glukagon menimbulkan glikogenolisis dengan mengaktifkan enzim fosforilase. Sebagian besar glukagon endogen dan insulin dibersihkan darisirkulasi darah oleh hati. Glukagon juga meningkatkan glukoneogenesis dari asam amino dan laktat (Ruslianti, 2008)
4.      Hormon Ephinefrin
      Hormon epinephrin di sekresi oleh medulla adrenal sebagai akibat dari rangsangan yang menimbulkan strees (ketakutan, kegembiraan, perdarahan, hipoksia, hipoglikemi dan lain-lain) serta menimbulkan glikogenolisis di hati serta otot (Murray dkk., 2009). 
5.      Hormon  Glukokotikoid / Kortisol
      Glukokortikoid di sintesa oleh korteks adrenal yang berfungsi untuk meningkatkan glukoneogenesis dan menurunkan respon rangsangan insulin terhadap jaringan otot dan lemak. Pembentukan dan pengeluaran glukokortikoid di kontrol oleh jenjang sinyal syaraf dan endokrin. Glukokortikoid memiliki banyak efek yang mempengaruhi sebagian besar jaringan di dalam tubuh yang secara keseluruhan mendorong kelangsungan hidup saat organisme mengalami stres (Murray dkk., 2009).
6.      Hormon Pertumbuhan
      Hormon pertumbuhan dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior, sekresi hormone pertumbuhan dirangsang oleh hipoglikemia. Fungsi growth hormon adalah antagonis terhadap isulin, mengambat glikolisis dan pengambilan glukosa oleh sel otot. Insulin merupakan hormon yang menurunkan kadar glukosa, sedangkan yang meningkatkan adalah glukoagon, epinefrin, Glukokortikoid, dan growth hormon. Gukagon, epinefrin, glukokortikoid dan growth hormon  membentuk suatu mekanisme regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin (Murray dkk., 2009).
2.3              Aloksan
2.3.1        Definisi
Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi binatang percobaan untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) secara cepat dengan cara merusak sel-sel penghasil insulin pada pankreas (Hadyana, 2002).
Aloksan terdapat dalam tiga bentuk senyawa yaitu aloksan anhidrat, aloksan monohidrat, dan aloksan tetrahidrat. Aloksan mudah larut dalam air; dalam air panas larutan berwarna kuning dan menjadi tidak berwarna dengan pendinginan; dalam larutan air setelah terkena kulit dalam beberapa waktu akan berwarna merah (Budavari, 2001).
 Aloksan menjalankan aksi diabetogeniknya ketika obat ini diberikan secara parenteral, intravena, intarperitonium dan subkutan. Dosis aloksan yang dibutuhkan untuk menginduksi diabetes tergantung pada jenis spesies, status gizi dan jalur pemberian. Islet pada manusia lebih resisten terhadap aloksan daripada islet tikus. Dosis obat yang paling sering digunakan secara intravena untuk menginduksi diabetes pada tikus adalah dosis 65 mg/kg BB. Jika aloksan diberikan secara intraperitonial atau subkutan maka dosis yang diberikan 150 mg/kg (Hasbi, 2013).
Mekanisme kerja aloksan dalam merusak sel ß pankreas menunjukkan bahwa aloksan merupakan agen oksidator kuat yang menghasilkan radikal bebas dalam jumlah besar sehingga menimbulkan keadaan stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas (prooksidan) dengan antioksidan. Sehingga keadaan ini dapat mengakibatkan rusaknya sel ß pankreas yang mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah dan terjadi hiperglikemia (Hasbi, 2013).
2.4              Alpukat
2.4.1        Sejarah
Alpukat (Persea americana Mill) berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah dan kini banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika Tengah sebagai tanaman perkebunan sebagai tanaman pekarangan di daerah-daerah tropika lainnya di dunia (Kalie, 1997)
Buahnya bertipe buni, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan, tergantung pada varietasnya. Daging buah apokat berwarna hijau muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut. Alpukat masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18 (Kalie, 1997).
Pohon dengan batang mencapai tinggi 20 m dengan daun sepanjang 12 hingga 25 cm. Bunganya tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan ukuran 5 hingga 10 milimeter. Ukurannya bervariasi dari 7 hingga 20 sentimeter, dengan massa 100 hingga 1000 gram; biji yang besar, 5 hingga 6,4 sentimeter (Kalie, 1997).
Alpukat memiliki banyak manfaat. Batang pohonnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Kulit pohonnya digunakan sebagai pewarna warna cokelat pada produk dari bahan kulit. Daging buahnya dapat dijadikan hidangan serta menjadi bahan dasar untuk beberapa produk kosmetik dan kecantikan. Selain itu, daging buah apokat untuk mengobati sariawan dan melembabkan kulit yang kering. Daun apokat digunakan untuk mengobati kencing batu, darah tinggi, sakit kepala, nyeri saraf, nyeri lambung, saluran napas membengkak dan menstruasi yang tidak teratur. Bijinya digunakan dalam industri pakaian sebagai pewarna yang tidak mudah luntur, selain itu bijinya juga dapat digunakan untuk mengobati sakit gigi dan kencing manis (Soeryoko, 2011).
Biji buah alpukat mengandung alkaloid, tanin, triterpen dan kuinon. Kandungan kimia buah dan daunnya adalah saponin, alkaloid dan flavonoid. Buah juga mengandung tanin, sedangkan daun mengandung polifenol, kuersetin, dan gula alkohol persit. Khasiat lain tumbuhan ini diantaranya untuk mengobati sariawan, sebagai pelembab, mengobati kencing batu, darah tinggi, nyeri syaraf, nyeri lambung, saluran nafas membengkak, menstruasi tidak teratur, dan sakit gigi (Hasbi, 2013).
2.4.2        Klasifikasi
Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut (Karina, 2012) :
Divisi               : Spermatophyta
Anak divisi      : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Bangsa             : Ranales
Keluarga          : Lauraceae
Marga              : Persea
Varietas           : Persea americana Mill

2.4.3        Jemis Jenis Alpukat
Berbagai tipe alpukat telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Penyebaran itu termasuk keturunannya, baik keturunan dari hasil persarian sendiri maupun persarian silang alamiah antar tiga kelompok.  Sampai tahun 2003 telah dilepas 7 varietas alpukat, sebagai berikut (Kalie, 1997) :
1.      Alpukat Ijo Bundar
Alpukat ini berasal dari kebun Koleksi Tlekung, Batu, Malang. Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi dan kesuburan tanah. Selain itu gugur buah sedikit.  Berat buah mencapai 300-400 g/buah, diameternya 7,5 cm dengan panjang buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan tebal 1 mm. Bentuk buah lonjong atau oblong, berujung bulat dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya hijau muda yang berangsur tua saat matang. Daging buah tebal, berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih, dan kering. Bentuk biji jorong dengan ukuran 4 cm  x 5,5 cm. Dilepas pada tahun 1987 oleh Mentan dengan SK No. 15/Kpts/TP.240/I/1987 (Kalie, 1997).

2.      Alpukat Ijo Panjang
Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing. Buah berbobot antara 300-500 g/buah. Kulit buah berwarna hijau, permukaannya licin berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat muda kulit buahnya hijau muda dan setelah matang menjadi hijau tua merah. Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18 cm. Daging tebal berwarna kuning, rasanya enak, gurih, serta agak lunak. Bijinya berbentuk jorong dan berukuran 4 cm x 5,5 cm. Dilepas pada tahun 1987 oleh Menteri Pertanian dengan SK No. 16/Kpts/TP.240/1987 (Kalie, 1997).
3.       Alpukat Merah Bundar
Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi dan kesuburan tanah. Selain itu gugur buah sedikit. Berat buah mencapai 0,3-0,4 kg/butir, diameter buah 7,5 cm, dan  panjang buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan tebal 1 mm. Bentuk buah lanjong atau oblong, berujung bulat dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya merah coklat. Daging buah tebal, berwarna kuning hijau,  citarasa enak, gurih, dan agak kering. Bentuk biji jorong dengan ukuran 4 cm x 5,5 cm (Kalie, 1997).

4.      Alpukat  Merah Panjang
Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing. Bobot buah antara 300-500 g/buah dengan kulit hijau, permukaannya licin berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat muda, kulit buahnya hijau merah coklat dan setelah matang menjadi merah hitam. Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18 cm, dengan daging buah tebal, berwarna kuning, rasa enak, gurih, serta agak lunak.  Biji berukuran 4 cm x 5,5 cm (Kalie, 1997).
5.      Alpukat Mega Gagauan
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 521/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Gagauan memiliki keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat, ukuran buah besar, daging buah tebal berwarna kuning, agak pulen, permukaan agak halus, kulit buah kemerahan, dan berpotensi untuk mengangkat serta memperkenalkan buah unggul daerah kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu, alpukat Mega Gagauan mempunyai ciri berbuah terus menerus, berat buah mencapai 600-800 g/buah, warna daging buah kuning. Bentuk buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang buah 12,5-17,5 cm, diameter buah 11,5-15,5 cm, tebal kulit buah 1 mm dengan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,49%,  dan  kadar lemak 6,41%. Produksi buah/pohon 220-230 buah (140-175 kg)/tahun (Kalie, 1997).
6.      Alpukat Mega Murapi
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 519/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Murapi memiliki keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat lonjong, ukuran buah besar, daging buah tebal berwarna mentega, pulen, permukaan kulit kasar, warna kulit buah hijau tua, berpotensi untuk diperkenalkan dan diangkat sebagai buah unggul daerah kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu, alpukat Mega Murapi mempunyai ciri berbuah terus menerus, berat buah mencapai 400-600 g/buah, warna daging buah kuning mentega. Bentuk buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang buah 13-17 cm, diameter buah 10-14 cm, tebal kulit buah 1 mm dan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,37%, dan kadar lemak 7,58%.  Produksi bisa mencapai 350-450 buah /pohon (180-225 kg)/tahun (Kalie, 1997).
7.      Alpukat Mega Paninggahan
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 520/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Paninggahan memiliki keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat lonjong, ukuran sendang, daging buah tebal berwarna kuning mentega, pulen, permukaan kulit halus, warna kulit buah merah maron, berbuah terus menerus, berat buah mencapai 250-400 g/buah, warna daging buah kuning mentega. Bentuk buah lonjong. Panjang buah 13,5-18 cm, diameter buah 7,5-9 cm, tebal kulit buah 1 mm dengan tebal daging buah 1,8-2,1 cm. Daging buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,16%, dan kadar lemak 7,95%. Produksi bisa mencapai 880-1000 buah/pohon (300-350 kg)/tahun (Kalie, 1997).










                                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar